Meisy, Ervita (2019) Bunderan Awak. Strata thesis, Institut Seni Indonesia Padangpanjang.
|
Text (COVER)
COVER.pdf - Published Version Download (132kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
ABSTRAK.pdf - Published Version Download (637kB) | Preview |
|
|
Text (BAB I)
BAB I.pdf - Published Version Download (2MB) | Preview |
|
|
Text (BAB IV)
BAB IV & DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (1MB) | Preview |
|
![]() |
Text (0243715 - MEISY ERVITA)
0243715 - MEISY ERVITA.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Downloads
Downloads per month over past year
Abstract
Karya ini terinspirasi dari pengalaman empiris diri pengkarya yang dilahirkan di lingkungan Jawa yang identik dengan karakter lembut, tertutup, tidak berterus terang dan kemudian menempuh Pendidikan di Minangkabau sehingga gaya hidup di Minangkabau mempengaruhi karakter dalam diri pengkarya, yang awalnya memiliki karakter pemalu dan tertutup dengan adanya pengaruh karakter Minangkabau menjadi lebih terbuka. Hal ini menarik untuk diangkat kedalam karya tari. kedalam sebuah karya tari yang berjudul Bunderan Awak. Bunderan berasal dari bahasa Jawa yang berarti lingkaran, kata bunderan mempunyai makna tentang perjalanan hidup pengkarya yang berada di antara dua budaya yang berbeda, perbedaan ini akan memunculkan karakter tersendiri bagi pengkarya terutama dalam bentuk gerak yang lahiriah, sedangkan Awak berasal dari bahasa Minang yang berati diri sendiri. Karya ini menggunakan tema akulturasi dengan tipe murni, yang akan di tarikan oleh 8 penari dengan 3 penari laki-laki dan 5 penari perempuan. 3 penari laki-laki sebagai interprestasi lingkungan Minang, sedangkan 4 penari perempuan diinterprestasikan sebagai gambaran diri pengkarya. Kostum yang digunakan pada karya ini adanya perpaduan batik dan warna seperti kuning, merah dan hitam. Batik mewakili gambaran dari budaya Jawa sedangkan warna merah, hitam dan kuning gambaran dari Minang. Kain putih yang digunakan sebagai poperti sebanyak 4 buah dengan panjang 7 meter lebar 1,5 meter, melambangkan kenetralan pengkarya dalam beradaptasi. Sebagai simbol pertemuan dua budaya yang saling mengisi. Tari ini berpijakan pada karakter dari masing-masing kedua gerak yakni, Jawa dengan karakter halus, mengalir dan mengalun, juga menggunakan gerak sikap tangan seperti, ngiting, ngeruji, ngukel dan nyempurit, sikap tubuh dengan mendak. Sedangkan gerak Minangkabau mengunakan karakter tegas, tajam dan keras, yang digambarkan dengan gerak langkah, gelek, cucuak dan sikap tubuh pitunggua. Metode penggarapan karya tari ini berupa empiris, eksplorasi, improvisasi, pembentukan dan evaluasi, yang di eksplorasi dengan menggunakan ruang waktu tenaga sehingga muncul pola-pola lingkaran dan karakter baru pada karya tari ini. Karya ini di pertunjukan di Gedung Auditorium Boestanul arifin Adam. Kata kunci: Empiris, akulturasi, Jawa, Minang.
Item Type: | Thesis (Strata) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Karya Tari, Bunderan Awak, Empiris, akulturasi, Jawa, Minang. |
Subjects: | Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan > Seni Tari |
Divisions: | Fakultas Seni Pertunjukan > Prodi Seni Tari |
Depositing User: | Tulus Setiawan |
Date Deposited: | 19 Jan 2022 06:59 |
Last Modified: | 18 Jul 2022 03:52 |
URI: | http://repository.isi-padangpanjang.ac.id/id/eprint/1524 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |